Membongkar Kebusukan Anies Baswedan Saat Menjabat Mendikbud

 

Kalau aku tuliskan seperti ini bolehkah?
(Nina)

Awalnya saya tak mau menulis tentang hal ini. Bukan apa2, aku takut tulisanku dikaitkan dengan aura Pilkada Jakarta yang keras dan tajam.
Tapi setelah melihat kemenangan Paslon 3, aku berpikir ulang.
Bukan aku tak suka apalagi benci kepada Paslon 3, aku hanya khawatir banyak orang 'salah membaca' dan 'terpengaruh' oleh penampilan dan gaya bicaranya yg santun dan cerdas n wajahnya yg disukai banyak ibu2 muda n tua.
Saat awal pak Anies jadi Mendikbud, dia selalu ke Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan & Kebudayaan utk rapat/ rapim. Kami sih senang aja, krn bisa foto-foto dengan Mendikbud baru yg ganteng. Apalagi aku termasuk yg mengusulkan ke temanku yg kenal Ring 1 agar Anies jd Mendikbud, jangan jadi Mensesneg atau Menseskab.
Tapi setelah sering dia datang untuk rapat, banyak pejabat eselon 2 yg tak suka karena pak Anies dianggap menteri muda yg tak tau apa-apa. Layaknya anak muda yg baru mulai kerja, pak Anies selalu bertanya dan berlindung di ketiak Irjen kami waktu itu, pak Haryono Umar (mantan Wk Ketua KPK).
Entah kenapa pak Haryono Umar tiba2 berhenti sbg Irijen, pdhl blm masanya. Beliau digantikan oleh (issuenya) teman pak Anies dari Bapenas. Walaupun ketika tes lelang jabatan ybs mendapat rangking 4, tapi kenyataannya ybs akhirnya terpilih menjadi irjen kami sampai sekarang (issuenya jg banyak masalah).
Selain itu, sejak pak Anies menjadi Mendikbud, dia banyak mengangkat pejabat eselon 1,2,3,4 yang notabene adalah teman-temannya. Hal ini membuat orang dalam Kemendikbud yang sudah puluhan tahun bekerja menjadi tidak bisa naik jabatan karena semua diisi oleh kroninya pak Anies.
Bahkan kantin yg biasanya murah utk kantong PNS, setelah direnovasi lalu diambil alih oleh adiknya pak Anies dan sejak itu dijadikan foodcourt yg harganya 2x lipat dari harga sblm direnov, sehingga sebagian besar pegawai memilih makan di kantin Itjen (samping FX) yg lebih murah.
Pada saat audit di salah satu satker, ada buku tebal berbahasa Inggris tentang budaya Indonesia untuk kalangan asing yg idenya berawal dari permintaan pak SBY di era Mendikbud pak Nuh. Cetakan pertama 2014 dengan kata pengantar dari pak SBY dan Pak Nuh. Waktu itu penerbitannya sempat terhambat di percetakan krn menunggu tanda tangan pak SBY. Tau2 thn 2015 masuk pak Anies sbg Mendikbud baru buku tsb dibuat cetakan ke-2 atas perintah pak Anies dgn sedikit penambahan isi. Anehnya, kata pengantar dari pak SBY dan Pak Nuh dihilangkan diganti dengan kata pengantar pak Anies. Seharusnya kalau memang mau dicetak ulang dan pak Anies mau terkenal, tidak boleh menghilangkan bukti sejarah. Kata pengantar dari pak SBY dan pak Nuh harus tetap dipertahankan, n bisa ditambah dengan kata pengantar dari pak Anies. Kalau melihat cetakan ke-2 yg isi dalamnya sama namun menghilangkan kata pengantar yg asli, ini namanya pemalsuan sejarah.
Belum lagi, sewaktu menjabat Mendikbud, pak Anies membawa 60 staf ahli dari luar, di mana setiap proyek harus melalui mereka dulu (spt mafia), baru ke pak Anies. Lucunya, ketika pak Anies diberhentikan, para staf ahli ini ikut berhenti tapi dengan membawa laptop dan mobil milik negara yang dipinjamkan ke mrk dan tidak dikembalikan, sampai para security ikut heboh mencari mereka; wkt itu hanya beberapa yg bisa diambil kembali. Waktu itu sempat akan diproses kasus tsb, tapi seiring waktu kasus ini menguap.
Itulah sepenggal cerita yg sdh menjadi rahasia umum karyawan Kemendikbud dan bukan hoax tentang pak Anies.
Sayangnya, banyak orang berharap dengan keluarnya pak Anies dari Kemendikbud, seharusnya para kroconya ikut keluar juga. Tapi ternyata tidak. Sampai sekarang mereka masih menjabat, bahkan adik pak Anies masih mengelola kantin Setjen.
Cerita lainnya Pak Anies itu memperkaya diri sendiri dgn perbaikan rumahnya yg skrg. Dia merubah anggaran seenaknya krn hrs bayar pengikut dg jmlh banyak (60 staf ahli) dan minta laptop utk setiap org dll. Sampe skrg laptop tsb ga balik. Mau merubah sholat jumatan bukan di mesjid Kemendikbud tp di aula, ditolak pengurus mesjid.
Aduh banyak lagi. Ada temuan Menteri Sri Mulyani mengenai data penerima sertifikasi yg ngawur. KIP salah sasaran. Menyebar angket lgs kpd guru di seluruh Indonesia tanpa melalui birokrasi utk meminta dukungan kpd para guru. Surat tsb membuat resah para guru n langsung melapor ke Direktorat di pusat. Ternyata para pejabat di direktorat ybs tidak tahu menahu ttg sebaran angket tsb. Ternyata angket tsb dikirim secara pribadi oleh Pak Anies selaku Mendikbud utk cari dukungan ke para guru se-NKRI. facebook , gerilyapolitik

No comments:
Write komentar